Selasa, 29 Juni 2010

Malam di ICU

Beberapa hari yang lalu saya menjenguk seorang teman saya yang sedang di rumah sakit. Kecelakaan di kota S membuatnya terpaksa ada di ruang ICU sebuah rumah sakit yang ternama di Solo. Ternyata untuk masuk ruang ICU tidak semudah yang saya bayangkan. Waktu pertama kali masuk, saya dicegat oleh dua orang satpam karena di dalam masih da klg yang menunggunya. saya terpaksa harus menunggu beberapa saat agar bisa masuk. berhubung saya orangnya kurang sabar, akhirnya saya putuskan untuk meninggalkan pintu masuk ruang itu dan menuju ke ruang dimana tetangga saya dirawat karena stroke. ( saat itu saya memang berniat menjenguk dua orang dirawat di RS yang sama).
setelah selesai menjenguk tetangga saya, saya kembali ke ruang ICU. Ruang yang menurut saya hanya namanya saja yang keren. Alhamdulillah saya langsung bisa masuk karena yang menunggu di dalam satu orang. pertama masuk lorong menuju kamar pasien yang saya rasakan hanyalah hawa dingin yang begitu menyengat, tapi tak apalah masih bisa saya tahan karena kebetulan saat itu saya memakai jaket. setelah sampai badiruanganny, saya harus memakai pakaian yang menrut saya modelnya sama dengan jas lab yang saya pakai waktu praktikum semester 1 dan 2.
Perlahan namun pasti saya menuju ke tirai dimana teman saya dirawat. (istilah "tirai" mengingatkan saya pada acara di sebuah stasiun TV, s*p*r d**l. he..he...). Pertama melihatnya saya benar-benar kaget. Menurut saya lukanya sangat parah. Lebam biru di mata kiri, bengkak di wajah sebelah kiri, darah beku di bibir. kata dokter rahang dan tangan kiri bagian belakang patah. Membuatnya terpaksa harus menjalani beberapa operasi tulang dan operasi plastik.
ketika saya datang, dia sempat membuka matanya and cry. dia mencoba untuk bergerak seolah menyambut kedatangan saya. Sebenarnya saya tidak tega melihatnya. tapi terpaksa saya kuatkan diri saya untuk tetap ada di ruangan itu, ruangan yang menjadi tempat dimana sebagian besar orang-orang yang kurang beruntung memperjuangkan hidupnya. sengaja saya kuatkan diri, untuk menguatkannya. Tapi sayang dia jauh lebih kuat dari saya.
Ini saya ketahui saat dia mencoba menenangkan Budenya yang menangis meratapi kejadian yang menimpanya. Dengan penuh perjuangan dia mengatakan pada Budenya " jangan nangis, saya baik-baik saja ko". JLEBB!!! kata-kata yang juga sempat sya dengar itu membuat saya malu pada diri saya sendiri. Bagaimana tidak, saya yang secara fisik sehat masih juga sering mengeluh ketika dihadapkan pada kondisi yang menurut saya kurang menguntungkan buat saya.
salah satu pelajaran yang saya dapat malam itu.
"bahwa terkadang kita meras kurang beruntung dengan keadaan kita, padahal kita berada pada kondisi yang lebih beruntung dari yang lain"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar